Tersembunyi di labirin lorong, jauh di dalam sebuah bangunan era 1960-an yang sudah menjadi tempat penelitian sejak tahun-tahun awal perjalanan ruang angkasa AS, sekelompok ilmuwan berjubah putih mengaduk, mencampur, mengukur, menyikat dan yang paling penting, mencicipi hasil masakan mereka.
Misi mereka: Menciptakan menu untuk perjalanan yang direncanakan ke Mars pada 2030-an.
Menu ini harus menyediakan cukup makanan untuk sekelompok astronot yang terdiri dari enam sampai delapan orang, memenuhi standar kesehatan, serta menawarkan keragaman makanan saat berada di luar angkasa.
Itu bukan hal sederhana mengingat bahwa mungkin akan butuh enam bulan untuk sampai ke Mars. Astronot harus tinggal di sana 18 bulan dan kemudian akan menghabiskan enam bulan lagi untuk kembali ke Bumi. Bayangkan harus berbelanja pasokan buat satu keluarga sekaligus untuk makan cukup selama jangka waktu tersebut.
"Mars berbeda karena begitu jauh," kata Maya Cooper, ilmuwan senior Lockheed Martin yang memimpin upaya untuk menciptakan menu tersebut. "Kita tidak bisa mengirim kendaraan setiap enam bulan dan mengirim pasokan makanan seperti yang kita lakukan untuk Stasiun Antariksa Internasional."
Astronot yang melakukan perjalanan ke stasiun ruang angkasa disediakan berbagai macam makanan, sekitar 100 atau lebih pilihan berbeda. Tapi itu semua telah disiapkan sebelumnya dan dibekukan untuk bertahan minimal dua tahun.
Para astronot ini membentuk sebuah panel untuk mencicipi makanan dan menyetujuinya sebelum berangkat, namun kurangnya gravitasi berakibat pada indera bau dan perasa yang terganggu. Jadi makanan pun terasa hambar.
Meski begitu, di Mars ada sedikit gravitasi, sehingga NASA mempertimbangkan perubahan signifikan terhadap menu luar angkasa saat ini. Di situlah tim Cooper diperbantukan. Perjalanan ke Mars membuka kemungkinan bahwa astronot bisa melakukan hal seperti memotong sayuran dan memasak sendiri. Meskipun tingkat tekanan berbeda dengan Bumi, para ilmuwan menganggap mereka mungkin akan bisa merebus air dengan pemanas.
Salah satu pilihan yang dipertimbangkan Cooper dan stafnya di Johnson Space Center di Houston adalah agar astronot memiliki "rumah kaca." Mereka akan disediakan berbagai buah-buahan dan sayuran - dari wortel sampai paprika - dalam larutan hidroponik, yang berarti buah dan sayur tersebut akan ditanam di air yang mengikat mineral dan bukan tanah.
Para astronot akan merawat kebun mereka dan kemudian menggunakan bahan-bahan tersebut, dikombinasikan dengan bahan lainnya, seperti kacang-kacangan dan rempah-rempah yang dibawa dari Bumi, untuk mengolah makanan.
"Menu itu menguntungkan karena memungkinkan para astronot untuk benar-benar memiliki tanaman hidup yang tumbuh, Anda mendapatkan nutrisi optimal dengan buah-buahan dan sayuran segar. Pilihan ini benar-benar memungkinkan mereka untuk memiliki kebebasan memilih saat memasak menu karena tidak dalam bentuk menu instan, "kata Cooper.
Prioritas utama adalah untuk memastikan bahwa para astronot mendapatkan nutrisi, kalori dan mineral dalam jumlah yang tepat untuk menjaga kesehatan fisik dan mendukung kinerja mereka untuk misi ini, ujar Cooper.
Menu juga harus menjamin kesehatan psikologis para astronot, Cooper menjelaskan. Ia mencatat penelitian yang telah menunjukkan bahwa dengan makan makanan tertentu - seperti roti daging dan kentang tumbuk atau kalkun pada perayaan Thanksgiving - akan meningkatkan suasana hati orang dan memberi mereka kepuasan.
Bahwa "makanan yang mengingatkan pada rumah" akan menjadi kunci bagi astronot pada misi Mars, dan saat ini terdapat dua studi akademik untuk mencari lebih lanjut hubungan antara suasana hati dan makanan. Kekurangan vitamin atau mineral tertentu juga dapat membahayakan otak, katanya.
Jerry Linenger, seorang pensiunan astronot yang menghabiskan 132 hari di stasiun ruang angkasa Mir Rusia pada 1997, mengatakan makanan penting bagi semangat juang dan makan makanan yang sama selama berhari-hari sangatlah tidak enak.
"Anda hanya ingin sesuatu yang berbeda. Saya tidak peduli apakah itu sesuatu yang saya tidak mau makan sama sekali ketika di Bumi. Jika itu berbeda, saya akan memakannya," kata Linenger, mengingat sambil tertawa bagaimana dia bahkan akan minum sebuah ramuan susu asam Rusia untuk sarapan atau minum borscht karena cuma itu makanan berbeda yang ada.
Tim Cooper telah menghasilkam sekitar 100 resep, semuanya menu vegetarian karena para astronot tidak akan disediakan produk daging atau susu. Tidak mungkin untuk mengawetkan produk tersebut cukup lama hingga sampai ke Mars.
Untuk memastikan diet vegetarian menyediakan jumlah protein yang tepat, para peneliti sedang merancang berbagai hidangan, antara lain tahu dan kacang-kacangan, termasuk pizza Thailand yang tidak menggunakan keju namun hanya dengan topping wortel, paprika merah, jamur, daun bawang, kacang tanah dan saus buatan sendiri yang cukup pedas.
Untuk menjaga menu ini, dan mempergunakan sebaik-baiknya hasil penelitian tentang ketahanan pangan di Mars, Cooper mengatakan NASA mungkin akan memilih satu astronot yang semata-mata didedikasikan untuk menyiapkan makanan.
Namun, karena masih belum jelas berapa banyak waktu yang akan dihabiskan perencana misi tentang persiapan makanan, Cooper juga menciptakan menu alternatif siap makan, mirip dengan apa yang dilakukan untuk kru yang melakukan tugas selama enam bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Untuk opsi ini, makanan harus memiliki lemari penyimpanan selama lima tahun dibandingkan dengan yang sudah tersedia sekarang, yaitu dua tahun. NASA, Departemen Pertahanan dan berbagai instansi lain meneliti cara untuk memungkinkan hal tersebut, kata Cooper.
Yang ideal adalah dengan menggabungkan kedua pilihan tersebut.
"Sehingga mereka akan mendapatkan tanaman segar dan beberapa makanan yang akan kita kirim dari Bumi," kata Cooper.
Salah satu kendala terbesar, pada saat ini, mungkin adalah keterbatasan anggaran. Proposal anggaran Presiden Barack Obama pada Februari membatalkan misi robot bersama AS-Eropa ke Mars pada 2016, dan sisa dari anggaran NASA lainnya juga telah dipotong.
Pada saat ini, Michele Perchonok, ilmuwan proyek teknologi makanan di NASA, mengatakan sekitar 1 juta dolar Amerika rata-rata dihabiskan setiap tahun untuk meneliti dan menciptakan menu Mars. Anggaran keseluruhan NASA pada 2012 lebih dari 17 miliar dolar Amerika.
Dia berharap dengan semakin mendekatnya misi - sekitar 10 sampai 15 tahun sebelum peluncuran - anggaran akan meningkat, memungkinkan untuk penelitian yang lebih mendalam dan konklusif.
Misi ini penting karena akan memberikan para ilmuwan kesempatan untuk melakukan penelitian unik apapun, mulai dari mencari bentuk kehidupan lain dan asal-usul kehidupan di Bumi hingga efek gravitasi parsial pada pengeroposan tulang. Ini juga akan memungkinkan para ilmuwan makanan memeriksa pertanyaan berkesinambungan. "Bagaimana kita mendukung para kru, 100 persen mendaur ulang segala sesuatu dalam dua setengah tahun?" ujar Perchonok.
Tapi hal pertama yang harus diatasi: Semua ini tidak akan terwujud tanpa makanan.
http://masterastronomi.blogspot.com/2012/07/nasa-ciptakan-menu-makanan-untuk-misi.html