Andrea Zeppill
Kegagalan untuk mengontrol emisi gas rumah kaca berpotensi menimbulkan dampak pada ekosistem laut yang lebih buruk dari perkiraan. Para peneliti menyatakan, pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca berpeluang memperkecil ukuran ikan.
Pernyataan tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan pemodelan reaksi ikan terhadap rendahnya level oksigen di laut. Meningkatnya suhu air laut menyebabkan oksigen terlarut menurun. Para peneliti menggunakan data Panel Ahli Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) untuk pemodelan.
Berdasarkan pemodelan dampak meningkatnya temperatur air laut pada 600 spesies ikan antara tahun 2001 hingga 2050, diketahui bahwa dengan peningkatan suhu, ukuran ikan laut bisa berkurang antara 14 - 24 persen dari ukuran semula.
Dr William Cheung dari University of British Columbia yang melakukan penelitian mengatakan, "Kenaikan temperatur akan meningkatkan kecepatan metabolisme ikan. Ini memicu peningkatan permintaan oksigen untuk aktivitas normal. Dengan demikian, ikan akan kehilangan oksigen untuk tumbuh saat ukuran kecil."
Penelitian juga menyimpulkan pergerakan ikan akibat pemanasan global. Menurut hasil riset itu, ikan akan bergerak menuju ke kutub dengan kecepatan 36 kilometer per dekade sebagai dampak dari meningkatnya suhu air laut.
Dr Alan Baudron dari University of Aberdeen di inggris yang tak terlibat penelitian mengatakan bahwa pengecilan ukuran ikan bisa berdampak negatif di dunia perikanan maupun kelangsungan hidup masing-masing spesies ikan itu sendiri.
"Individu yang lebih kecil memproduksi telur yang lebih sedikit dan lebih kecil. Ini akan berdampak pada potensi reproduksi ikan dan dapat mengurangi ketahanannya pada faktor lain seperti tekanan perikanan dan polusi," kata Baudron seperti dikutip BBC, Minggu (30/9/2012).
Ke depan, perlu diselidiki respon biologis tubuh terhadap peningkatan suhu. hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change
.
Pernyataan tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan dengan melakukan pemodelan reaksi ikan terhadap rendahnya level oksigen di laut. Meningkatnya suhu air laut menyebabkan oksigen terlarut menurun. Para peneliti menggunakan data Panel Ahli Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) untuk pemodelan.
Berdasarkan pemodelan dampak meningkatnya temperatur air laut pada 600 spesies ikan antara tahun 2001 hingga 2050, diketahui bahwa dengan peningkatan suhu, ukuran ikan laut bisa berkurang antara 14 - 24 persen dari ukuran semula.
Dr William Cheung dari University of British Columbia yang melakukan penelitian mengatakan, "Kenaikan temperatur akan meningkatkan kecepatan metabolisme ikan. Ini memicu peningkatan permintaan oksigen untuk aktivitas normal. Dengan demikian, ikan akan kehilangan oksigen untuk tumbuh saat ukuran kecil."
Penelitian juga menyimpulkan pergerakan ikan akibat pemanasan global. Menurut hasil riset itu, ikan akan bergerak menuju ke kutub dengan kecepatan 36 kilometer per dekade sebagai dampak dari meningkatnya suhu air laut.
Dr Alan Baudron dari University of Aberdeen di inggris yang tak terlibat penelitian mengatakan bahwa pengecilan ukuran ikan bisa berdampak negatif di dunia perikanan maupun kelangsungan hidup masing-masing spesies ikan itu sendiri.
"Individu yang lebih kecil memproduksi telur yang lebih sedikit dan lebih kecil. Ini akan berdampak pada potensi reproduksi ikan dan dapat mengurangi ketahanannya pada faktor lain seperti tekanan perikanan dan polusi," kata Baudron seperti dikutip BBC, Minggu (30/9/2012).
Ke depan, perlu diselidiki respon biologis tubuh terhadap peningkatan suhu. hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change
.
http://masterastronomi.blogspot.com/2012/10/pemanasan-global-memperkecil-ukuran-ikan.html